31st Oct, 2010

At the end of the day, what do you want the most in your life?

 

“Apapun yg menjadi fokus kita, akan tumbuh. Jika kita berfokus menjadi pembahagia bagi satu sama lain, maka tumbuhlah kebahagiaan kita. Dan jika tidak untuk berbahagia, mengapakah kita harus bersama?” (Mario Teguh)

 Hmm, udah lama gak nulis di blog, sudah banyak cerita yg terlewatkan dan sepertinya sudah basi untuk ditulis. Cerita yg penuh warna, kadang warna merah muda yg menggambarkan cerita bahagia, kadang warna biru yg mendeskripsikan cerita yg mengharu biru. Walaupun begitu, tetap aja masih ada cerita yg ingin ditumpahkan yg masih belum basi untuk ditulis dan masih mengharu biru tatanan jiwa yg kufikir sudah tertata rapi.

Cerita yg mau ku share kali ini ku buka dengan quote yg aku ambil dari Mario Teguh, nanti kalian akan mengerti kaitannya antara quote tsb dengan tulisanku kali ini.

 Beberapa waktu yg lalu, aku pasang status di FB yg bunyinya: “at the end of the day, when you’re getting old, what do you want the most in your life?”. Ada 2 orang teman yg memberikan comment yg menggugah hati ku, comment itu inti-nya, sbb:

Teman 1: “peace of mind

Teman 2: “stand still with someone who loves me

Comment2 itu betul2 membuat aku sadar, bahwa ke-2 hal tersebutlah yg sesungguhnya semua orang butuhkan, tak terkecuali aku. Juga bukan di saat kita tua aja kita butuh, kapanpun, dimanapun kita butuh itu. Namun, sayangnya, tidak semua orang beruntung bisa merasakan ke-2 hal itu sekaligus. Aku mungkin salah satu orang yg tidak (atau belum?) beruntung itu. Atau, mungkin sebetulnya aku sudah beruntung, tapi tidak menyadarinya? Entahlah…

 “Peace of Mind”

Sudah lama sekali aku tidak lagi merasakan itu. Susah ternyata untuk merasakan those simple words. Ketika banyak pertanyaan yg tidak terjawab dan ketika tidak punya kekuatan untuk mempercayai seseorang, saat itulah peace of mind ku itu hilang. Hilangnya rasa percaya karena banyaknya tanya yang tidak terjawab. Walaupun tanya itu terjawab, akan kuatkah ku menerima jawaban yg mungkin saja tidak kita duga sebelumnya? Atau apakah aku mampu untuk mempercayai jawabannya? . Ahh, buatku, tidak dipercaya oleh orang lain adalah hal yg sangat memalukan, tapi, tidak bisa mempercayai orang lain merupakan rasa yg sangat menyakitkan, terutama jika aku ingin sekali bisa mempercayai orang tersebut. Sedih rasanya, setiap kali aku tidak merasa teryakini dengan apa yg disampaikan orang tersebut, karena aku tahu, hanyalah kebohongan yg keluar dari ucapannya. Semakin banyak kalimat yg terucap, semakin banyak kebohongan yg terungkap. Tetap bertahan untuk terus berusaha mempercayainya pun, bukanlah jalan keluar yang menenangkan hati, namun, untuk berlalu meninggalkannya juga bukan perkara yg gampang. Kondisi ini lah yg membuat tidak ada lagi peace of mind yg terasa…

 Trust  is a core of relationship, in any relationship… itu lah yang aku yakini selama ini. Apapun bentuk hubungannya, dibutuhkan rasa percaya satu sama lain. Jika tidak ada rasa saling percaya, tidak akan bisa kita saling membahagiakan satu sama lain. Kalo kita tidak bisa saling membahagiakan, seperti kata Mario Teguh, buat apa kita terus bersama?

 “Stand still with someone who loves me”

Comment ini sangat menggelitik ku, awalnya, aku bertanya2 kenapa harus “stand still with someone who loves me” bukannya “Stand still with someone that I love”?. Kondisi yg ideal adalah, we love each other, tapi, sekali lagi, tidak semua orang beruntung bisa mendapatkan kondisi ideal. Aku dulu berfikir, aku akan bahagia jika bersama dengan orang yg aku cinta. Aku berhak untuk bersama dengan orang yg aku cinta. Tapi percayalah, dicintai oleh seseorang dengan tulus masih jauh lebih membahagiakan daripada mencintai seseorang yg belum tentu orang tsb mencintai kita. Walaupun orang ini mencoba untuk meyakinkan kita bahwa dia juga mencintai kita, tapi, rasa cintanya tidak pernah tercermin dari setiap perilakunya, bahkan dari tindakan yg sangat sederhana sekalipun. Ibarat pepatah, “jauh api dari panggang”. Kalo kondisinya seperti ini, hati kita pasti akan sangat lelah. Sebesar dan sekuat apa pun usaha yg kita tempuh untuk bisa mendapatkan cinta seseorang, akan sia-sia kalo orang ini tidak mencintai kita, bahkan menghargai kita pun dia tidak bisa, dan seringnya menganggap kita tidak ada, tidak terlihat, invisible just like a ghost !!!. Sementara dia terlalu pengecut untuk bilang “tidak” terhadap setiap usaha kita. Apa yang bisa kita harapkan dari hubungan seperti ini? Tidak ada, kecuali kita punya kelapangan hati yg seluas samudra, kekuatan jiwa sekeras baja dan keikhlasan yg sangat tak terbatas, silahkan terus berharap. Namun, apakah tidak sia-sia semua itu kita korbankan untuk seseorang yg tidak me-manusia-kan kita?

Untuk itu, saat ini ku harus realistis bahwa cinta tidak bisa dipaksa dan mulai sekarang harus belajar untuk menerima dengan ikhlas orang yg mencintaiku dengan tulus. Aku pikir, kalo selama ini aku sanggup “bekerja keras” demi bersama dengan orang yg tidak me-manusia-kan ku, dan sangat sabar untuk menanti adanya sedikit perbaikan, maka kali ini aku pasti bisa untuk mengerahkan semua “energy” ku untuk bisa saling berfokus demi membahagiakan satu sama lain, dan berharap aku bisa bersama dengan orang yg mencintaiku sampai akhir waktu nanti. Karena, aku sadar, pada saatnya nanti, bukanlah rasa cinta yg bergelora yg membuat aku bahagia tapi ketenangan jiwa lah yg akan membuatku bahagia. And, I hope togetherness with someone who loves me  would bring my peace of mind. God will help us.

Leave a response

Your response:

Categories